Seorang gadis biasa berusia 17th atau yang dikenal dengan Aqila tiba tiba dipertemukan seorang lelaki yang tidak diharapkannya. Kehadiran lelaki tersebut tentu merubah kehidupan Aqila. Candaannya, tingkah konyolnya, dan sifatnya, sukses membuat terbuka hati sang gadis yang tidak pernah ia lena. Lelaki bernama Nata tersebut terus melakukan pendekatan dengan sang gadis.

Mengajaknya bersepeda menikmati senja, menikmati hangatnya angsle di malam hari, membaca indahnya sajak dalam buku di perpustakaan bergendre roman dan merasakan sensasi pedas bersama dalam sepiring nasi padang menjadi kegiatan yang tak asing lagi. Mengingat hal itu sering mereka lakukan. Namun berkali-kali Nata mengajaknya, berkali-kali pula Aqila menolaknya. 

Meskipun demikian Nata tetap tidak lelah, untuk membujuk gadis yang disukainya itu. Nata adalah salah satu siswa populer di sekolah yang bergaul dengan teman-teman terlepas gender. 

Berbeda dengan Aqila yang memiliki lingkungan pertemanan kecil dan tertutup. Ia mempunyai masalah kepercayaan kepada orang lain.

Hari terus berjalan, mereka pun mulai saling dekat dan lebih mengenal satu sama lain. Bahkan orang tua mereka sering mengadakan makan malam bersama. Sang ibu kerap menggodanya dengan menanyakan hubungan mereka.

"Ciee, hubungan kalian ni sebenarnya temen apa temen sih?" Goda ibunya membuat Aqila merona. Nata hanya terkikik kecil.

"Ya, itu sih tergantung Aqila, Tante." Balas Nata melirik Aqila disebelahnya.

Aqila membalas lirikan nata dengan sinis dan mendorongnya ke pintu.

"Gak usah balik lagi!" Ucapnya sebelum membanting pintu dengan keras. Ia hanya bisa menutup wajahnya dengan telapak tangan mendengar Nata yang cekikikan dibalik pintu.

Pada malam hari, setelah semalaman pun Aqila tetap merajuk. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Nata menemukan cara untuk membujuk Aqila. Ia tersenyum memikirkan ekspresi Aqila.

***

Keesokan harinya 

Biasanya, mereka berangkat sekolah bersama dengan montor kesayangan Nata yang diberi julukan "QITA" berasal dari nama mereka yaitu Aqila dan Nata. Namun kali ini, Aqila menolak ajakan Nata dengan berdiam didalam rumah.

"AQILAAAAAA, TURUUNNN AKU UDAH NUNGGUIN KAMU DI DEPAN DARI TADII!" teriak nata di depan rumah si gadis.

"APASIH NATAAA, AKU GAMAUU BERANGKAT SAMA KAMUU" teriak Aqila dengan nada malas.

"YAUDAA KU TINGGAL NIH, JAM SEGINI ANGKOT UDAH GA ADA LOHH" teriak Nata sambil terkikik karna dia tau Aqila tidak berani jika naik angkot sendirian.

"HAH, NATAAA TUNGGU. IYAA IYAA AKU TURUNNN" ucap Aqila yang panik mau ditinggal Nata.

"CEPETAN, KU HITUNG SAMPE 3, KLO GA TURUN KU TINGGAL NIH 1..2..3.." pancing Nata melirik gadis yang terlihat di jendela itu.

Nata menyalakan mesin motornya. Ia tertawa kecil, mendengar suara langkah kaki Aqila yang terdengar buru-buru. Aqila berlari sekuat mungkin mengejar Nata yang bersiap melajukan motornya.

"Sok-sokan banget ga mau berangkat bareng" gumam Nata yang menyindir Aqila.

"Berisik, gausa bikin mood ku rusak deh" balas Aqila dengan wajah cemberut.

Nata melajukan motornya ke sekolah. Melewati gerbang sekolah, Aqila dan Nata di sambut oleh teman teman yang bersiap untuk menggodanya.

"Ceilah kiww kiwww, minimal pj lah yaa" goda reksa.

"Gausa sokab deh lo" balas nata dengan nada malas.

"Ampunnn baginda Nata, sensian amat dah jadi orang" ucap Reksa yang masih menggoda Nata.

"Kalian ni kek anak kecil aja, kerjaannya ribut terus." ucap Aqila.

"Tau tuh Nata, rese banget." cibir Reksa.

"Diem lo, Aqila mendingan kita ke kelas aja deh, soalnya nanti ada yang syirik kalo kita disini,kasihan nanti kepanasan" sindir Nata sambil menarik tangan Aqila ke kelas dengan melirik siniske Reksa.

Fun fact, mereka bertiga berada dalam kelas yang sama. Reksa dan Nata berteman sejak kecil.

Mereka selalu bersama kapanpun, bahkan saat Nata dan Aqila sedang bersama, selalu ada Reksayang membuntuti mereka dari belakang.

Keesokan harinya di hari Minggu, terdengar suara Aqila dari rumah Nata yang ingin mengajaknya untuk sarapan bersama.“

Tumben kesini.” Ucap Nata dengan rambut yang tergerai basah. Aqila yang tidak bisa menyembunyikan wajah meronanya membuat Nata gelagapan.

“Haha, kamu jangan terpesona gitu dong,” Ucap Nata menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Aqila yang menyadarinya langsung menatap arah yang berlawanan.

“Oh, ini, langitnya cerah ya.” Ucap Aqila menunjuk langit mendung. Nata terkekeh, ia kemudian

mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Aqila makan diluar.

“Mau nyoba warung disekitar sini?” Tanya Nata yang suaranya terbawa angin.

“Hah?” cengo Aqila.

“Huhahuha?” tanyanya memelankan motornya.

“Oh iya boleh.” Jawab Aqila. Nata menaikkan alisnya heran dan segera memikirkan motornya.

Mereka turun dengan senyum merekah di wajah. Hingga ekspresi Nata berubah begitu melihat Reksa yang melambai ke arah mereka. Lebih kesal lagi dengan Aqila yang membalasnya.

“Mang, soto 2 ya.” Pesan Aqila mewakili Nata. Setelahnya Aqila dan Reksa bercanda ria melupakan Nata yang duduk Malang diantara mereka.

Dengan soto yang sudah diantar ke meja mereka, Aqila langsung melahapnya hingga belepotan, mengetahui kebiasaannya, Nata segera membantu lap mulut Aqila.

“Kamu nembak Aqila nggak? Atau aku duluan?” Tanya Reksa memprovokasi. Reflek, Nata segera bangkit dan hendak memukulnya, sampai ia ingat ada Aqila yang disampingnya.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan dengan motor Qita. Sampai di perjalanan, Nata segera mengerem mendadak yang membuat Aqila memeluk erat dibelakangnya.

“Kenapa Nat? Kamu sakit? Mau kugantiin?” Tanya Aqila khawatir.

“Aku suka kamu.” Jawab Nata singkat.

“Hah?” Tanya Aqila yang hanya direspon melajunya lagi motor Qita.

“Nggak, nggak ada.” Jawab Nata kemudian.

“Aku juga suka.” Jawab Aqila mempererat pegangannya.

Tamat